Benarkah Pekerja AS Malas?
Salah satu sasaran kemarahan warga dan bahkan elite AS di balik tumpukan utang dan masalah ekonomi yang tumbuh lambat adalah produktivitas pekerja AS. Bahkan ucapan "pekerja yang malas" juga mencuat saat krisis ekonomi AS tahun 2008. Krisis ini turut membangkrutkan perusahaan-perusahaan AS, termasuk General Motors.
Krisis ekonomi ini memaksa pemerintah AS mengeluarkan dana 800 miliar dollar AS untuk menolong korporasi AS, yang kesulitan dana. Pada 24 November 2008 misalnya, Ron Paul, meluncurkan tulisan "Oh No, Not Another Bailout!" di situsnya RonPaul.com. Tulisan ini memicu komentar soal pekerja AS, yang dianggap tidak rajin untuk tidak mengatakan malas.
Ron Paul adalah anggota DPR (House of Representatiives) dari Partai Republik, dan pernah menjadi bakal calon presiden AS dari partai Republik pada pemilu presiden AS tahun 2008 lalu.
Krisis 2008, seperti menghidupkan lagi polemik yang juga pernah muncul tahun 1992, ketika Toyota Motor Corp, semakin menyerbu pasar otomotif AS. Di harian Los Angeles Times, edisi 21 Januari 1992, Ketua Majelis Rendah Jepang, Yoshio Sakurauchi pernah mengatakan bahwa, "Para pekerja AS malas dan tak produktif dan itulah salah satu alasan mengapa produk mereka tidak bisa menandingi standar produk Jepang..." Ini merupakan jawaban Sakurauchi, yang sudah almarhum, atas kecaman AS soal serbuan Toyota ke pasar AS.
Krisis ekonomi AS, yang kini semakin mencuat dengan tumpukan utang di atas 14,23 triliun dollar AS, juga turut menyudutkan mantan Gubernur Bank Sentral AS, Alan Greenspan.
Mantan Gubernur Bank Sentral ini dianggap berperan di balik krisis dengan menjalankan kebijakan moneter yang dinilai salah dengan mematok suku bunga rendah selama sekian tahun, yang membuat AS kebanjiran uang, dan sebagian dana-dana itu diterjemahkan ke dalam aksi-aksi spekulatif di pasar saham dan pasar modal.
Alan Greenspan (menjabat periode 1987-2006) balik menuduh aspek lain di balik kemelut ekonomi AS. Situs Business Insider mengeluarkan tulisan berjudul "Alan Greenspan Blames The Bad U.S. Economy On The Lazy Young Work Force And The U.S. Copying China ".
Greenspan bahkan mengatakan, para pekerja AS sekarang, yang telah menggantikan generasi baby boomer, bukan merupakan pekerja yang lebih baik dari yang mereka gantikan. Dia malah menyarankan agar para imigran diizinkan masuk ke AS untuk memperbaiki kinerja ekonomi AS.
Ada berbagai kombinasi sebagai penyebab kemelut ekonomi, dan salah satunya adalah tudingan soal pekerja AS yang setidaknya kurang produktif, jika misalnya dibandingkan dengan China (baca Kompas, edisi Jumat, 5 Agustus 2011).
Situs CNBC.com juga menyajikan data soal jam kerja per minggu di berbagai negara. China disebutkan memiliki jam kerja selama 44 jam selama seminggu dan memiliki libur 21 hari dalam setahun. Data ini menggunakan data dari Beijing Municipal Taxation Bureau (Income Tax), China Center for Labor and Environment (Retirement Age, Standard Work Week).
Di sisi lain AS memiliki pekerja yang dalam sepekan bekerja hanya 33,8 jam dan memiliki libur lebih lama, yakni 25 hari. Data ini diambil dari Bureau of Labor Statistics (Working Hours), AS.
0 comments:
Post a Comment