Apa Yang Anda Lakukan Jika Bisa Mengulang Waktu?
“Embargo” film impor, akibat tunggakan pajak yang belum dibayar oleh importer film, membuat pilihan film Barat yang bisa ditonton di bioskop menjadi sedikit. Salah satu film asing yang lolos masuk adalah film independen “Source Code” karya sutradara Duncan Jones.
Ini film kedua Duncan Jones setelah “Moon”, dan sama-sama masuk dalam genre fiksi-ilmiah. Film ini berpusat pada satu tokoh utama yang berusaha menyelesaikan sebuah masalah. Seiring waktu berjalan, dia menyadari situasi sebenarnya tidaklah seperti yang terlihat.
Sang tokoh utama, Colter Stevens (Jake Gyllenhaal), terbangun di dalam sebuah kereta api yang sedang berjalan. Dia duduk berseberangan dengan Christina Warren (Michelle Monaghan) dan merasa serba heran. Terutama ketika Christina memanggilnya dengan sebutan “Sean”.
Colter berusaha menjelaskan kepada Christina bahwa dirinya adalah seorang tentara (dalam mimpinya ketika tidur, dia seorang pilot helikopter dan sedang terlibat dalam baku tembak di Afghanistan). Setelah melihat cermin dan kartu identitas di dalam dompetnya, Colter mendapati bahwa yang dia lihat di dalam cermin adalah Sean Fentress, seorang guru sejarah.
Masih di tengah kebingungan, mendadak terjadi ledakan di kereta api dan Colter/Sean dan Christina serta semua penumpang kereta api tewas dalam ledakan tersebut.
Anehnya, Colter terbangun di dalam sebuah kapsul metal dan berkomunikasi dengan Colleen Goodwin (Vera Farmiga), seorang tentara dari Angkatan Udara AS.
Colleen menjelaskan, Colter sedang bertugas dalam sebuah proyek eksperimen Source Code. Proyek ini mengirim Colter ke dalam alam pikiran seseorang yang telah tewas — dalam hal ini Sean Fentress yang jadi korban ledakan kereta — selama delapan menit.
Colter memiliki misi menemukan lokasi bom dan mengidentifikasi bom tersebut. Dia juga harus mencari tahu siapa pelaku peledakan bom, karena ada ancaman bom kedua yang bersifat radioaktif yang meledak di Chicago di hari yang sama.
Karena delapan menit tidak cukup untuk menyelesaikan misi dalam satu “putaran”, Colter harus bolak-balik menjelma jadi Sean Fentress dan mengalami kematian. Namun seiring itu, dia mulai penasaran terhadap apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sendiri sebelum proyek Source Code.
Colter juga percaya bahwa dia sebenarnya bisa mencegah ledakan bom di kereta api dan menyelamatkan nyawa semua orang. Tetapi Dr Rutledge (Jeffrey Wright), pemimpin riset Source Code, mengatakan apa pun yang dilakukan Colter tak akan bisa mengubah masa depan, sebab yang dilakukan Colter terjadi di realitas dunia yang lain.
Penjelasan Rutledge masuk akal; sebab kalau Colter benar-benar bisa mencegah ledakan, maka Sean Fentress tidak akan tewas. Dan itu berarti Colter tak akan bisa masuk ke dalam delapan menit terakhir hidup Sean. Dan itu berarti, Colter tidak mampu mencegah bom meledak — sebuah paradoks waktu.
Bukti lain yang memperkuat Rutledge adalah, dalam salah satu “reka ulang” delapan menit itu, Colter berhasil mengeluarkan Christina dari kereta namun saat kembali ke masa kini, Christina tetap tewas.
Colter pun akhirnya menyadari kondisi dirinya yang sebenarnya. Dia juga berusaha memperbaiki masalah yang ada, walau sudah diberi peringatan bahwa apa pun yang dilakukannya akan percuma saja.
Misi utama Colter hanya mencari informasi sebanyak-banyaknya dari delapan menit kehidupan terakhir Sean.
Kemampuan Colter untuk “pergi ke masa lalu” dan hidup dalam diri orang lain mengingatkan saya pada serial televisi fiksi-ilmiah Quantum Leap (Scott Bakula, pemeran utama Quantum Leap tampil kameo walau hanya lewat suara di telepon). Film aksi fiksi-ilmiah ini bagi saya sangat layak tonton.
Dan walau banyak yang mengkritik, bagi saya bagian penyelesaian film ini termasuk akhir yang masuk akal.
0 comments:
Post a Comment